Bekal Pulang Ke ‘Rumah’

Teringat kisah yang membuat terenyuh,, kisah sang keledai yang di dalam sebuah kitab karya Ibnul Qayyim dinobatkan sebagai binatang yang paling pandir. Saking pandirnya, di dalam Al-Qur’an pun, dalam surah Al Jumu’ah: 5, “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal”,  terdapat perumpamaan “keledai yang membawa kitab-kitab” yakni orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya.

Namun tahukah kita, ternyata sebodoh-bodoh hewan tersebut, ia tetaplah mempunyai keistimewaan, yakni jika ia di bawah keluar dari kandangnya di malam hari, maka hewan ini bisa mengetahui jalan untuk kembali. So, Ibnul Qayyim dalam buku tersebut mengatakan bahwa makhluk yang paling pandir dari keledai adalah orang yang tidak mengetahui jalan pulang.

Saudaraku…pulang yang dimaksud disini bukanlah pulang ke rumah yang setiap hari kita tempati untuk berlindung, kita habiskan harta kita untuk memperindahnya dan sebagainya, yang kita jadikan tempat bercengkerama dengan  keluarga kita, tapi yang dimaksudkan adalah pulang ke negeri akhirat. Negeri kekal kita.

Ketika berbicara tentang rumah yang satu ini, kadang banyak di antara manusia yang tak mau ambil pusing. Seolah-olah waktu masih panjang untuk melangkah kesana, seolah-olah sudah banyak persiapan untuk menuju ke kampung akhirat.

Padahal tak seorang pun yang bisa menjaminkan diri kita, entah kapan giliran penerbangan kita menuju kesana, setelah detik ini, jam ini, esok, lusa. Jika hari ini kita begitu disibukkan dengan urusan duniawi kita, maka kapankah kita mau mempersiapkan akhirat kita. Jangan sampai di setiap hembusan napas kita, pikiran kita, kesibukan kita hanya terhabiskan dengan perkara-perkara dunia kita.

Saudaraku…Islam bukan berarti melarang kita mengambil bagian di dunia ini. Ketika segolongan manusia pada zaman Rasulullah tampak melupakan dunianya, Allah pun menegur. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”(QS. Al Qashash 28 : 77)

Melupakan dunia saja Allah menegur, apatah lagi ketika kita melupakan akhirat kita. Padahal kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia. Untuk itu, ayo…selagi kesempatan itu masih ada, selagi nyawa masih dikandung badan, mari segera beramal untuk kehidupan yang penuh kenikmatan di akhirat kelak, di rumah kita.

Saudaraku…sudahkah siapkah kita melangkah pulang?

Leave a comment